FUN
Jumat, 16 Maret 2012
Ultrabook, Evolusi Komputasi Mobile
[Deretan Ultrabook Intel yang dipamerkan di CES 2012.
Tahun 2007 merupakan waktu saat pertama kalinya diperkenalkan notebook yang memiliki dimensi lebih kecil alias netbook. Kala itu, netbook mendefinisikan varian notebook yang kecil dan kompak. Namun netbook memiliki kemampuan yang cukup terbatas terutama bila dibandingkan dengan notebook konvensional.
Tak lama setelah itu, varian notebook dengan desain lebih tipis pun mulai dipopulerkan. Munculnya jenis thin-and-light meramaikan “kelas” notebook selain gaming, multimedia, ataupun bisnis.
Aneka notebook ini memang tidak sekecil netbook namun secara umum memiliki ukuran yang lebih kompak dibandingkan dengan notebook biasa. Bagusnya, meski ukurannya susut, kinerjanya sedikit banyak masih sama dengan notebook standar yang tentu saja lebih bertenaga bila dibandingkan dengan netbook.
Oleh karena itu, berdasarkan filosofi ini muncullah Ultrabook. Ultrabook merupakan evolusi berikutnya dari thin-and-light notebook. Intel, sebagai pencetus dan pemegang paten varian ini mendefinisikan ultrabook sebagai notebook yang sangat responsif, berpenampilan keren serta tipis. Dukungan Intel atas produk ini pun terlihat jelas, yakni semua Ultrabook menggunakan prosesor Intel Core generasi kedua (Sandy Bridge).
Investasi yang dilakukan Intel untuk Ultrabook terlihat serius. Mereka sendiri meyakini bahwa sampai dengan akhir tahun 2012, sebanyak 40% dari pengguna laptop biasa sekarang ini akan beralih ke Ultrabook.
Faktor lain yang cukup menggelitik adalah Intel ingin bersaing dengan laptop besutan Apple yang terkenal itu. Benar sekali, terlihat bahwa Intel menargetkan Ultrabook-nya untuk bisa bersaing langsung dengan Macbook Air.
Menarik sekali, karena saat ini varian termurah Macbook Air dijual seharga US$999 sementara berdasarkan spesifikasi umum yang dikeluarkan oleh Intel, Ultrabook memiliki kisaran harga sekitar US$1000.
Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai spesifikasi umum tersebut, silakan simak beberapa poin di bawah ini:
1) Tipis, dengan ketebalan kurang dari 20mm
2) Ringan, bobot kurang dari 1,4 kg
3) Daya tahan baterai 5 hingga 8+ jam
4) Kisaran harga US$1,000
5) Tanpa optical drive
6) Menggunakan SSD
7) Menggunakan prosesor mobile Intel Sandy Bridge jenis CULV, yakni Core i5-2467M (1,6 GHz), Core i5-2557M (1,7 GHz), Core i7-2637M (1,7 GHz), Core i7-2677M (1,8 GHz) *Memanfaatkan Intel HD Graphics 3000
Spesifikasi ini bisa berubah seiring berjalannya waktu. Sebagai contoh, kelak ketika prosesor Ivy Bridge telah dirilis, Intel akan menggunakannya menggantikan Sandy Bridge.
Sebagai kunci utama kinerja Ultrabook, prosesor Sandy Bridge terbukti membantu Ultrabook dalam aktivitas sehari-hari. Selama tidak dibebani aktivitas berat seperti misalnya editing dan rendering video, sistem ini mampu menangani hampir semua yang Anda biasa lakukan pada PC desktop.
Jenis prosesor ULV (Ultra Low Voltage) juga merupakan salah satu faktor yang membuat Ultrabook mampu bertahan lebih lama baik saat bekerja maupun saat siaga (standby).
Belajar dari komputer tablet, Ultrabook juga dirancang sangat responsif. SSD berperan penting di sini meskipun sebagian varian (seperti Acer) masih memanfaatkan harddisk cakram.
Responsivitas akan terlihat mulai dari awal komputer ini dihidupkan, menjalankan aneka aplikasi sampai saat hingga saat membangunkan sistem dari kondisi standby. Penggunaan SSD ini juga turut berperan dari segi konsumsi daya, yang tentu saja lebih hemat dibandingkan dengan HDD biasa.Jajaran Ultrabook
Kami menguji dua Ultrabook yang sempat mampir di lab InfoKomputer pada bulan November 2011. Keduanya merupakan dua Ultrabook pertama yang hadir di Indonesia, yakni dari Acer dan Asus. Berikut ini hasil pengujiannya.
Review Acer Aspire S3
Intel Core i5-2467M 1,6 GHz/RAM 4 GB/ HDD 320 GB/VGA Intel HD3000/Layar 13,3”/Bobot 1,37 kg. Harga Rp8.290.000 (per Maret 2012*)
Desain fisiknya yang amat tipis (hanya 13 mm) memang mengingatkan kita pada MacBook Air dari Apple yang juga langsing. Membawa Ultrabook ini mirip seperti menenteng sebuah majalah.
Aspire S3 merupakan seri perdana Ultrabook Acer yang ditujukan bagi mereka yang membutuhkan komputasi dengan feature lebih lengkap dari sebuah komputer tablet dan memiliki kinerja setara notebook namun dengan faktor portabilitas yang tinggi. Itulah mengapa desainnya dibuat begitu ramping dan khusus bagian cover layar 13,3”-nya dilindungi bahan almunium yang kuat.
Ultrabook yang amat ringan ini (sekitar 1,4 kg) memanfaatkan prosesor tegangan rendah Intel Core i5-2567M 1,6 GHz dengan kemampuan mode Turbo hingga 2,3 GHz. CPU kelas ultra-mobile (ULV) seperti ini memang tampak tak terlalu kencang karena salah satu tujuannya adalah penghematan daya yang signifikan.
Untuk membantu kinerja, Acer menempatkan memori DDR3 4 GB agar lebih memuluskan kinerja sistem Windows 7 Home Premium 64-bit.
Akibat desain fisik yang “dipaksa” seramping mungkin, membuat konektivitas di Aspire S3 terbilang terbatas (hanya tersedia 2 USB, HDMI, dan card reader). Namun memang seperti itulah panel I/O di jajaran Ultrabook.
Dari segi kinerja memang terlihat kekuatannya masih terbilang sama atau bahkan di bawah notebook yang memakai CPU non ULV. Meskipun begitu, kemampuan produk ini cukup lumayan untuk menjalankan aktivitas mobile harian yang tak membutuhkan komputasi lebih rumit.
Dengan harga paling kompetitif (kurang dari Rp8 juta), Aspire S3 tentu menjadi Ultrabook paling terjangkau saat ini.
Halaman 4 dari 5
Review Asus Zenbook UX31
Intel Core i5-2557M 1,7 GHz/RAM 4 GB/SSD 128 GB/VGA Intel HD3000/Layar 13,3”/Bobot 1,4 kg. Harga US$1229 (per Maret 2012*)
Ultrabook perdana dari Asus (Zenbook) muncul sekaligus dalam dua pilihan seri UX31 dan UX21 dengan perbedaan pada besaran layar dan prosesor. Seri Zenbook UX31 yang kami coba hadir dengan prosesor Core i5-2557M dengan clock dasar 1,7 GHz yang bisa dipompa hingga 2,4 GHz.
Zenbook hadir dengan bentuk fisik futuristis dengan casing luar berbahan almunium dengan bagian cover yang dibuat dengan grasir melingkar.
Cukup menarik melihat perwajahan minimalis UX31 yang mirip dengan MacBook Air. Bagian tertipis dari Ultrabook ini memiliki tebal sekitar 3 mm saja dengan bagian paling tebal (belakang) hanya 9 mm. Bisa dibayangkan betapa ringkasnya membawa produk seberat 1,4 kg ini.
Zenbook UX31 yang muncul dengan layar 13,3” beresolusi 1600x900 pixel dengan tingkat pencahayaan lebih baik (sekitar 380 lux) meskipun sudut pandangnya kurang lebar. Meskipun ditujukan untuk mobilitas tinggi, Zenbook UX31 tetap dibekali sistem audio Bang&Olufsen ICEpower dengan kombinasi teknologi Asus SonicMaster untuk menghasilkan kekuatan suara yang lebih mantap.
Guna mendukung konektivitas, Asus sudah menyiapkan port USB 2.0, USB 3.0, HDMI, dan DisplayPort serta adapter ke VGA agar tetap bisa terhubung ke monitor atau proyektor jenis lama.
Dalam hal kenyamanan pakai, sedikit kritik muncul pada penggunaan touchpad dan keyboard di UX31 yang kurang enak. Anda yang terbiasa dengan produk Mac akan segera tahu perbedaanya. Apalagi keyboard-nya tak memiliki penerang latar (backlit).
Namun demikian keampuhan kinerja Zenbook UX31 kami akui lebih kencang dibandingkan Aspire S3 akibat penggunaan prosesor yang lebih gegas. Produk yang digaransi global selama 2 tahun ini juga terbilang unggul dalam pemakaian baterai meski kami anggap tetap belum optimal.Sudah Memuaskan?
Secara keseluruhan, Ultrabook terlihat sangat menjanjikan. Penampilannya yang menarik serta harganya yang relatif murah cukup mampu membuat konsumen ingin membawanya pulang.
Dari sisi kinerja, produk ini sangat mumpuni untuk memenuhi kebutuhan kerja mayoritas pengguna bisnis. Ini ditambah penggunaan sistem operasi Windows yang merupakan nilai tambah bagi Ultrabook.
Namun bagi konsumen, pertanyaan yang lebih penting adalah “seberapa cepat kinerja Ultrabook dibanding notebook sekarang, khususnya yang tergolong ringan juga?”.
Untuk itu, kami coba tampilkan sedikit perbandingan agar kita bisa sama-sama melihat seberapa besar perbedaan tersebut. Dari tabel terlihat kemampuan ultrabook cukup mendekati notebook kelas thin-and-light namun akibat hanya mengandalkan grafis onboard Intel, olah grafis 3D tetap kurang gegas. Janji Intel bahwa daya tahan pemakaian Ultrabook akan lebih lama belum terbukti alias masih terhitung setara dengan notebook kebanyakan.
Bagaimanapun juga Ultrabook menjadi produk yang cukup menjanjikan. Diharapkan produk yang muncul di tahun 2012 ini akan lebih sempurna untuk mendefinisikan kembali notebook yang lebih mobile. Setidaknya, Ultrabook akan lebih lengkap dibandingkan komputer tablet namun tak lebih berat dibandingkan notebook umumnya. Kita lihat saja! (Deny Prasetyo & Karuna)
Tabel Uji Ultrabook
Pengujian
Acer Aspire S3
Asus Zenbook UX31
Sysmark 2007 v1.06
142
203
Cinebench R11.5
1,94
2,20
PCMark Vantage
5096
11715
3DMark Vantage
P1389
P1632
Encoding video
11 menit 78 detik
9 menit 40 detik
Encoding audio
1 menit 40 detik
1 menit 24 detik
Daya Tahan Baterai
Memutar HD Video
2 jam 7 menit
2 jam 26 menit
Battery Eater
4 jam 45 menit
6 jam 3 menit
Tabel Uji dan Spesifikasi Notebook Thin-and-Light
Pengujian
Acer TravelMate 8481G
Lenovo ThinkPad X1 3DA
Sony VAIO SA26GG
Sysmark 2007 v1.06
151
234
250
Cinebench R11.5
1,94
2,89
2,96
PCMark Vantage
5773
12731
12838
3DMark Vantage
P2256
P1692
P3742
Encoding video
11 menit 10 detik
7 menit 29 detik
7 menit 18 detik
Encoding audio
1 menit 9 detik
1 menit 11 detik
1 menit 8 detik
Daya Tahan Baterai
Memutar HD Video
2 jam 4 menit
1 jam 24 menit
1 jam 30 menit
Battery Eater
3 jam 32 menit
3 jam 4 menit
3 jam 35 menit
Acer TravelMate 8481G-2464G38Nkk: Intel Core i5-2467M 1,6GHz/RAM 4 GB/SSD 64 GB + HDD 320 GB/VGA Intel + HD3000 + GeForce GT520M/Layar 14”/Bobot 1,63 kg. Harga Rp12,5 juta
Lenovo ThinkPad X1 3DA: Intel Core i5-2520M 2,5 GHz/RAM 4 GB/SSD 160 GB/VGA Intel + HD3000/Layar 13,3”/Bobot 1,72 kg. Harga US$2499
Sony VAIO VPC-SA26GG: Intel Core i7-2620M 2,7 GHz/RAM 8 GB/SSD 240 GB/VGA Intel HD3000 + Radeon HD6630M/Layar 13,3”/Bobot 1,6 kg. Harga Rp16.999.000
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar